Nama : Bunga Nur Aisyah
Kelas : 3DD01
NPM : 31210489
BAB 11 "MANAJEMEN KEUANGAN RITEL"
1.Perencanaan dan pengendalian finansial
Perencanaan dan pengendalian keuangan melibatkan proyeksi-proyeksi
berdasarkan standar dan perkembangan dari umpan balik dan proses
penyesuaian untuk memperbaiki prestasi kerja.
Perencanaan keuangan mencakup penjualan, laba, dan aktiva yang didasarkan pada alternatif strategi produksi dan pemasaran untuk kemudian bagaimana menentukan kebutuhan pendanaannya.
Perencanaan Keuangan adalah proses dari :
Perencanaan keuangan mencakup penjualan, laba, dan aktiva yang didasarkan pada alternatif strategi produksi dan pemasaran untuk kemudian bagaimana menentukan kebutuhan pendanaannya.
Perencanaan Keuangan adalah proses dari :
1. Menganalisis pendanaan dan pilihan investasi yang terbuka bagi perusahaan.
2. Memproyeksikan konsekuensi masa yang akan datang akibat keputusan
saat ini, guna menghindari hal-hal yang tidak terduga dan hubungan antara
keputusan saat ini dan masa yang akan datang.
3. Menentukan alternatif mana yang akan dipilih
4. Mengukur hasil selanjutnya terhadap tujuan dalam rencana keuangan.
2.Sistem pengendalian perdagangan ritel
Sistem pengendalian intern perlu diterapkan pada berbagai jenis usaha bisnis termasuk pada usaha bisnis ritel (retail). Usaha ritel yang saat ini sedang berkembang adalah usaha ritel modern dalam bentuk swalayan. Penerapan pengendalian intern perlu dilakukan pada seluruh kegiatan operasional swalayan, termasuk yang paling utama yaitu sistem penjualan tunai dan penerimaan kas. Sistem pengendalian intern bertujuan untuk mengamankan harta perusahaan.
Sebagai contoh adakan sebuah penelitian pada suatu swalayan. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan sistem penjualan tunai dan penerimaan kas pada Swalayan Bentar cabang Mojokerto, dan menjelaskan penerapan pengendalian intern sistem penjualan tunai dan penerimaan kas pada swalayan yang bersangkutan. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif Penelitian ini dilakukan dengan melakukan analisis secara mendalam terhadap sistem penjualan tunai dan penerimaan kas, serta unsur-unsur pengendalian intern, yaitu struktur organisasi, sistem wewenang dan prosedur pencatatan, dan praktik yang sehat. Hasil penelitian terhadap sistem penjualan tunai dan penerimaan pada Swalayan Bentar menyatakan bahwa sistem penjualan tunai dilakukan oleh bagian kasir. Sedangkan sistem penerimaan kas dilakukan oleh bagian kasir, supervisor
kasir, bagian keuangan, dan manager operasional. Sistem pengendalian intern pada penjualan tunai adalah penggunaan barcode dalam setiap transaksi pembayaran dari pembeli. Sistem pengendalian intern pada penerimaan kas memerlukan pemisahan fungsi dari bagian yang memeriksa penerimaan kas (supervisor kas) dan bagian yang melakukan pencatatan penerimaan kas dan penyetoran uang ke bank, yaitu bagian keuangan.
Berdasarkan hasil penelitian, disarankan untuk menerapkan sistem terkomputerisasi secara menyeluruh terhadap aktivitas transaksi di Swalayan Bentar mengingat Swalayan Bentar semakin berkembang. Perbaikan pembagian tugas juga perlu dilakukan untuk mengantisipasi penyelewengan. Selain itu perlu dilakukan penambahan fasilitas credit card agar transaksi pembayaran lebih efisien.
3.Analisis dan pengendalian biaya
Pembangunan perekonomian Indonesia pada saat ini sedang berkembang seiring dengan pertumbuhan pembangunan di bidang lainnya. Pembangunan ekonomi tersebut mempunyai arti pengolahan kekuatan ekonomi potensial menjadi kekuatan ekonomi riil melalui penanaman modal, pembangunan teknologi serta melalui penambahan kemampuan berorganisasi dan manajemen. Dengan demikian kerjasama dari seluruh lapisan masyarakat sangat diharapkan untuk dapat mengolah kekuatan ekonomi potensial yang tersedia.
Dalam pengertian yang lebih luas perusahaan merupakan organisasi yang terdiri dari bagian yang saling berhubungan dan bekerjasama untuk beberapa maksud atau sasaran. Perusahaan sebagai adalah satu pelaku ekonomi yang mempunyai tujuan memperoleh laba yang wajar, perlu memiliki program dalam melaksanakan kegiatan. Bagi perusahaan yang mengejar keuntungan dan berusaha mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan tentu akan menghadapi berbagai masalah yang akan timbul sehubungan dengan kegiatan perusahaan. Salah satu contoh masalah yang dihadapi adalah bagaimana melaksanakan pengendalian terhadap biaya-biaya yang terjadi dalam perusahaan. Pengendalian secara menyuluruh dalam perusahaan karena hanya dengan demikian apa yang mungkin dicapai oleh perusahaan dapat diketahui. Dalam dunia usaha, yang menjadi ukuran keberhasilan perusahaan adalah kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Semakin besar laba yang dihasilkan oleh perusahaan, maka dapat diketahui bahwa perusahaan tersebut berhasil dengan baik dalam menjalankan usaha. Memperbesar jumlah laba dapat diilaksanakan melalui keputusan dengan berbagai macam cara seperti menaikkan jumlah omset penjualan, meminimalkan biaya atau menaikkan harga jual yang wajar. Perusahaan harus melaksanakan suatu pengendalian terhadap biaya untuk menunjang pelaksanaan kegiatan operasional perusahaan.
Pengendalian biaya pada umumnya mencakup tiga fungsi manajemen antara lain:
1. Fungsi planning melalui penetapan sasaran dan penyusunan rencana.
2. Fungsi organizing pada tingkat operasional.
3. Fungsi controlling melalui evaluasi terhadap tujuan yang telah dicapai.
Setiap perusahaan yang ingin tetap berjalan harus mampu mempertahankan eksistensinya dituntut untuk dapat bekerja secara maksimal, efisien dan efektif. Untuk itu dibutuhkan tingkat kemampuan manajemen untuk mengendalikan perusahaan terutama dalam meningkatkan kualitas. Apabila mekanisme operasi perusahaan relatif masih sederhana, maka sistem pengendalian dilakukan dengan sistem pengawasan langsung, tetapi jika perusahaan sudah beroperasi dengan skala besar dan melibatkan beberapa bagian, maka manajemen tidak lagi mampu mengadakan pengawsan langsung secara efektif. Dalam hal ini sistem pengendalian perlu dilengkapi dengan sistem pengendalian wewenang dan sistem pertanggungjawaban dengan menggunakan laporan tertulis. Anggaran adalah merupakan salah satu alat perencanaan keuangan perusahaan yang sekaligus dipakai sebagai dasar sistem pengendalian (pengawasan) keuangan perusahaan.
Dengan tersusunnya rencana keuangan tersebut terhadap pimpinan perusahaan dapat lebih mudah melakukan koordinasi dalam melakukan koordinasi dalam melaksanakan tugasnya. Dalam proses pelaksanaan kegiatan perusahaan kita dapat menganalisa apakah anggaran yang telah disusun dapat terlaksana sesuai rencana yang ditetapkan sebelumnya, atau terdapat varians dalam melaksanakan varians yang terjadi dapat dilihat pada akhir bulan atau akhir tahun dengan cara membandingkan antara anggaran dan realisasinya. Varians yang selalu mutlak terjadi pada setiap anggaran perusahaan perlu kita nilai apakah varians itu dapat dianggap sebagai suatu yang wajar, artinya varians itu mutlak dan wajar tidak dapat dihindari atau varians itu dianggap suatu yang tidap wajar, yang disebabkan oleh kurangnya pengawsan dan terjadinya pemborosan. Perusahaan tidak terlepas dari perencanaan anggaran biaya operasional, mulai dari tahap persiapan yang diperlukan sebelum penyusunan rencana penyusunan anggaran itu sendiri. Implementasi dari rencana tersebut sampai akhir tahap pengawsan dan evaluasi dari hasil rencana tersebut.
4.Analisis dan pengendalian modal saham
Pembangunan perekonomian di suatu negara memerlukan adanya modal yang
besar. Bukan hanya modal sumber daya manusia dan alam, tetapi juga
modal berupa dana yang tidak sedikit. Pemerintah akan mencoba
untuk menghimpun dana dari masyarakat, baik masyarakat dalam negeri
maupun dari masyarakat luar negeri. Salah satu cara menghimpun dana
yang dapat dilakukan adalah dengan menggalakkan investasi. Pemerintah
akan berusaha menarik minat masyarakat untuk berinvestasi dengan hasil
yang menguntungkan.
Perekonomian suatu negara seringkali dinilai
berdasarkan aktivitas investasi yang terjadi. Apabila tingkat
investasinya tinggi, maka prospek perekonomian negara itu akan semakin
bagus.
Investasi yang dianggap paling cepat memberikan keuntungan adalah investasi melalui pasar modal. Karena itu, pasar modal akan menjalankan fungsi ekonomi dan keuangan. Pasar modal menjadi alternatif penghimpun dana dari masyarakat selain sistem perbankan. Instrumen keuangan di pasar modal yang paling banyak digunakan untuk menarik dana dari masyarakat adalah saham biasa (common stock). Pada umumnya para investor memilih investasi dengan saham biasa, karena harapannya akan memperoleh return, yang berupa capital gain/capital loss dan dividend. Capital gain/loss adalah selisih dari harga jual dan harga beli saham, sedangkan dividend adalah sisa keuntungan perusahaan yang dibagikan kepada pemegang saham. Setiap investor mempunyai preferensi yang berbeda-beda untuk return yang diharapkannya. Ketidakpastian return yang akan diperoleh merupakan risiko yang harus dihadapi oleh para investor. Karena itu, investor akan berhati-hati untuk memutuskan investasi apa yang akan dipilihnya.
Investasi yang dianggap paling cepat memberikan keuntungan adalah investasi melalui pasar modal. Karena itu, pasar modal akan menjalankan fungsi ekonomi dan keuangan. Pasar modal menjadi alternatif penghimpun dana dari masyarakat selain sistem perbankan. Instrumen keuangan di pasar modal yang paling banyak digunakan untuk menarik dana dari masyarakat adalah saham biasa (common stock). Pada umumnya para investor memilih investasi dengan saham biasa, karena harapannya akan memperoleh return, yang berupa capital gain/capital loss dan dividend. Capital gain/loss adalah selisih dari harga jual dan harga beli saham, sedangkan dividend adalah sisa keuntungan perusahaan yang dibagikan kepada pemegang saham. Setiap investor mempunyai preferensi yang berbeda-beda untuk return yang diharapkannya. Ketidakpastian return yang akan diperoleh merupakan risiko yang harus dihadapi oleh para investor. Karena itu, investor akan berhati-hati untuk memutuskan investasi apa yang akan dipilihnya.
Pada saat akan berinvestasi dalam suatu saham, investor akan berusaha
menilai perusahaan untuk memperkirakan return yang diharapkan dapat
diperolehnya. Harga saham suatu perusahaan di pasar modal seringkali
menjadi acuan untuk menunjukkan nilai perusahaan tersebut. Analisis
fundamental perusahaan, menjadi salah satu cara untuk
menilai kinerja dan prospek perusahaan. Dividen merupakan salah
satu faktor fundamental yang diperkirakan akan dapat mempengaruhi harga
saham. Saat ini masih terjadi perdebatan tentang relevan tidaknya
kebijakan dividen Hasil penelitian Setyorini (2001), menunjukkan
bahwa kandungan informasi dalam pengumuman dividen dapat berpengaruh
terhadap abnormal retun suatu saham, yang berarti mempengaruhi harga
saham. Informasi kenaikan deviden bisa ditafsirkan sebagai tanda
optimis sehubungan dengan keuntungan perusahaan, dan sebaliknya
penurunan dividen dapat ditafsirkan adanya penurunan keuntungan
dimasa depan (Dewi, 2003). Bagi investor yang mengharapkan return
dari dividen, tentu akan memperhatikan informasi yang berhubungan dengan
pembayaran deviden yang akan dilakukan perusahaan.
Jika suatu perusahaan memperoleh keuntungan, bukan berarti perusahaan tersebut pasti membagikan dividen. Darmadji dan Fakhruddin (2001:116) menyatakan bahwa dividen baru bisa diterima investor jika dua syarat terpenuhi, yaitu perusahaaan memperoleh keuntungan dan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) yang berwenang telah memutuskan pembagian dividen atas laba tersebut.
Jika suatu perusahaan memperoleh keuntungan, bukan berarti perusahaan tersebut pasti membagikan dividen. Darmadji dan Fakhruddin (2001:116) menyatakan bahwa dividen baru bisa diterima investor jika dua syarat terpenuhi, yaitu perusahaaan memperoleh keuntungan dan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) yang berwenang telah memutuskan pembagian dividen atas laba tersebut.
Pembayaran dividen juga tergantung kepada kebijaksanaan dewan direksi
perusahaan (Sundjaya dan Barlian, 2003:353). Ada aturan yang
membatasi pembayaran dividen tersebut. Sebelum pembayaran dividen
kepada pemegang saham biasa dilakukan, semua tuntutan atau
kewajiban kepada pemerintah, kreditur dan pemegang saham preferen
harus dipenuhi terlebih dahulu. Pihak manajemen perusahaan akan
mempertimbangkan berbagai hal untuk menentukan kebijakan dividennya.
Kebijakan mengenai apakah perusahaan akan melakukan pembayaran dividen
atau tidak, atau berapa besarnya dividen yang akan dibayarkan
dapat mempengaruhi penilaian investor tentang kondisi perusahaan. Di
lain pihak, pemegang saham biasa yang merupakan investor adalah pihak
luar yang sangat sedikit memperoleh informasi tentang kondisi
perusahaan. Jika investor dapat mengetahui hal-hal apa yang menjadi
pertimbangan pihak manajemen perusahaan dalam mengambil keputusan
mengenai pembayaran dividen kasnya, maka investor dapat memprediksi
dividen kas yang akan diperolehnya sebagai pengembalian atas investasi
yang dilakukannya.
Banyak penelitian yang telah membuktikan bahwa pasar modal bereaksi
terhadap semua informasi yang berhubungan dengan perusahaan. Informasi
yang dianggap memberikan kabar baik dapat menaikkan harga dan
sebaliknya informasi yang dianggap kabar buruk akan menurunkan harga.
Bagi investor yang menginginkan return dari dividen, tentu akan
menganalisa variabel-variabel yang kemungkinan dapat mempengaruhi
keputusan perusahaan dalam melakukan pembayaran dividen. Penelitian
mengenai hal ini juga telah banyak dilakukan untuk membantu investor dan
manajemen untuk memutuskan kebijakan dividen yang terbaik bagi
pihak-pihak yang terkait. Baker dan Powell (2000) melakukan survei
terhadap perusahaaan-perusahaan yang terdaftar di NYSE tahun
1997, untuk mengetahui pandangan manajer perusahaan mengenai
faktor-faktor apa saja yang menentukan kebijakan dividen.
Penelitian
mereka memperoleh hasil bahwa faktor yang paling mempengaruhi kebijakan
dividen adalah tingkat laba dan kontinyuitas dividen masa lalu. Sebuah
survei juga pernah dilakukan di Bursa Efek Jakarta yang tujuannya untuk
menilai pandangan para pemimpin eksekutif terhadap kebijakan dividen
dan kebijakan struktur modal. Hasil survei menunjukkan bahwa bagi
para eksekutif, variabel yang berpengaruh terhadap kebijakan dividen
adalah variabel laba dan kesempatan investasi. Selain itu, cash ratio,
cashflow, dan harga saham juga menjadi variabel yang mempengaruhi
dividen (Pefindo :1997 dalam Anshori :2001).
Sutrisno (2001) telah meneliti mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi dividend payout ratio pada perusahaan publik. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa tidak semua faktor yang diteliti mempunyai pengaruh yang signifikan. Dari 6 variabel yang diteliti, hanya variabel posisi kas dan rasio hutang yang berpengaruh signifikan, sedangkan variabel potensi pertumbuhan, ukuran perusahaan, kepemilikan dan profitabilitas tidak cukup signifikan. Penelitian lain dilakukan oleh Erawati dan Sisdyani (2005), yang meneliti 5 variabel, dan hasilnya menyatakan bahwa dividen kas tahun sebelumnya dan laba yang diperoleh perusahaan berpengaruh secara signifikan terhadap pembayaran dividen kas, tetapi hutang dan likuiditas justru berpengaruh tidak signifikan. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Dewi (2003) yang juga menyatakan bahwa laba dan dividen tahun lalu berpengaruh signifikan.
Sutrisno (2001) telah meneliti mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi dividend payout ratio pada perusahaan publik. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa tidak semua faktor yang diteliti mempunyai pengaruh yang signifikan. Dari 6 variabel yang diteliti, hanya variabel posisi kas dan rasio hutang yang berpengaruh signifikan, sedangkan variabel potensi pertumbuhan, ukuran perusahaan, kepemilikan dan profitabilitas tidak cukup signifikan. Penelitian lain dilakukan oleh Erawati dan Sisdyani (2005), yang meneliti 5 variabel, dan hasilnya menyatakan bahwa dividen kas tahun sebelumnya dan laba yang diperoleh perusahaan berpengaruh secara signifikan terhadap pembayaran dividen kas, tetapi hutang dan likuiditas justru berpengaruh tidak signifikan. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Dewi (2003) yang juga menyatakan bahwa laba dan dividen tahun lalu berpengaruh signifikan.
Banyak penelitian tentang kebijakan dividen yang telah dilakukan, tetapi
hasil penelitian-penelitian tersebut tidak ada yang konsisten. Dari
permasalahan inilah, peneliti merasa tertarik untuk menguji ulang
mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pembayaran dividen kas.
Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang telah dilakukan
oleh Kania dan Bacon (2005), yang melakukan penelitian untuk menguji
faktor-faktor yang memotivasi kebijakan dividen perusahaan.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian Kania dan Bacon
(2005) adalah variabel dependent yang digunakan, yaitu menggunakan
Dividend Payout Ratio (DPR), tetapi sampel perusahaan dan variabel
independent yang digunakan berbeda. Kania dan Bacon (2005) mengamati
beberapa variabel, yaitu Return On Equity (ROE), pertumbuhan penjualan,
likuiditas (current ratio), rasio hutang (Debt to Total Asse)t, Insider
Ownership, Beta, Institusional Ownership, penggunaan modal, dan
pertumbuhan earning per share, sedangkan penelitian ini hanya fokus pada
variabel keuangan yang bersifat intern yaitu ROE, variabel pertumbuhan
earning pershare, likuiditas dan rasio hutang. Ukuran likuiditas diukur
dengan cash ratio karena ukurannya lebih tajam dibandingkan current
ratio, sedangkan rasio hutang diukur dengan Debt to Equity Ratio.
Penelitian ini menambahkan variabel dividen periode sebelumnya
karena diperkirakan mempunyai pengaruh terhadap kebijakan pembayaran
dividen saat ini, berdasarkan adanya beberapa penelitian mengenai hal
itu. Selain itu, sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
perusahaan yang listing di Bursa Efek Jakarta tahun 2004, sedangkan
sampel yang digunakan oleh Kania dan Bacon (2005) adalah seluruh
perusahaan yang terdaftar dan datanya terdapat dalam website
www.MultexInvestor.com, sebuah website pemandu pasar modal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar